Buaya muara di Pantai Taman Jaya (sumber: Yumna) |
Sinar
matahari menyeruak dari celah-celah dedaunan yang rimbun, suara deburan ombak
laut yang menenangkan terdengar di telinga. Di tepi pantai ini, yang berada
tidak jauh dari dermaga Taman Jaya, Pandji duduk menikmati suasana pantai.
Tepat
di depan pantai, matanya tertuju pada pemukiman warga yang berjejer rapi. Pemukiman
warga memang berada dekat dengan pesisir pantai. Saat itu ia melihat dua orang sedang memancing
tidak jauh dari tempatnya.
Kemudian,
seorang warga menghampirinya untuk berbincang-bincang. Dari perbincangan itu ia mengetahui bahwa di tempat ini
sering terlihat kemunculan buaya muara.
Itu
bukan hal yang baru bagi warga di desa ini, tempatnya yang berdekatan dengan
muara menjadikan kemungkinan buaya muncul di sini semakin besar. Wajahnya terlihat bingung, muncul rasa takut
dalam dirinya
tetapi juga rasa senang akan keindahan tempat ini.
Untuk
melawan perasaan takut itu, ia mengambil sebotol air mineral dari tas dan meneguknya
sampai tersisa setengah botol.
Beberapa
saat kemudian, ia mendengar kehebohan yang berasal dari para pemancing tadi.
Samar-samar telinganya mendengar bahwa kehebohan itu timbul akibat kemunculan
buaya.
Rasa
penasaran muncul dalam dirinya, rasa itu mendorongnya untuk mendekati kedua pemancing
tersebut.
Pandji
yang telah berada dekat dengan para pemancing mencari keberadaan buaya yang
dibicarakan. Ia
melihat ke sekeliling dengan saksama. Para pemancing memberitahunya lokasi buaya itu dengan menunjuk ke
sebuah batu di tengah laut.
Pandji terlihat
memfokuskan pandangan pada batu yang berada cukup jauh dari pantai tetapi masih
dapat terlihat jelas. Wajahnya terlihat terkejut setelah sadar akan yang ia lihat.
Seekor
buaya yang cukup besar sedang berjemur di atas sebuah batu di tengah laut.
Walaupun dari kejauhan, matanya dengan jelas melihat bahwa buaya itu memiliki ukuran yang
besar melebihi batu besar di tengah laut. Rasa takut kembali muncul dalam dirinya, hal itu
terlihat jelas dari raut wajahnya tetapi ia sadar bahwa posisi buaya tersebut cukup jauh.
Walaupun cukup jauh, tekstur kulit buaya itu samar-samar terlihat. Apabila ia
bergerak tidak menutup kemungkinan buaya tersebut mendatanginya.
Pandji terkejut
ketika melihat buaya itu membuka mulut. Ini adalah pertama kalinya baginya melihat seekor buaya di alam liar.
Tiba-tiba
ia mendengar suara seperti ada sesuatu
yang dilempar ke air. Ternyata suara itu berasal dari batu yang dilemparkan
oleh seseorang
yang berada dekat dengan Pandji.
Sebelum
sempat memberi nasihat Pandji mendengar suara perempuan berteriak tidak jauh
dari tempatnya.
Perempuan itu adalah salah satu warga di desa ini. Perempuan itu menyuruh para
pengunjung yang berada di sini untuk tidak mengganggu buaya dengan melempar batu.
Setelah
mendengar itu, orang yang masih sibuk melempar batu tadi berhenti melempar. Tidak ingin
menyia-nyiakan momen langka, Pandji mengeluarkan handphone untuk
mengabadikan gambar buaya tersebut.
Setelah
merasa cukup banyak foto yang diambil, ia menyimpan kembali handphone-nya ke dalam tas. Setelah cukup lama
berada di pantai, ia mulai merasa lelah.
Sambil
memandangi laut ia berbincang dengan seorang warga dari desa ini. Ia mendapat banyak informasi dan
pengalaman menarik dari warga tersebut. Tentang para warga yang hidup dengan
penuh keberanian, berdampingan dengan buaya yang terkadang muncul di laut dekat
desa.
Warga
yang tidak membunuh buaya tersebut apabila tidak mengganggu dan juga
pengalaman-pengalaman warga yang pernah diserang buaya.
Beberapa saat kemudian waktu telah memasuki sore hari dan ia memutuskan untuk kembali ke rumah. Perbincangannya dengan warga tadi masih terus terlintas di pikirannya. Saat itu, hidup dengan tidak menyakiti sesuatu yang tidak menyakitinya menjadi prinsip baru untuknya.
0 Komentar